Menuju Kursi Goyang


992Pemilu masih beberapa bulan lagi, namun partai-partai peserta pemilu mulaii berupaya mengambil hati masyarakat. Melalui berbagai media masa, banyak bermunculan iklan-iklan politik yang memperkenalkan figur tokoh serta partainya. Tidak hanya melalui media masa, atribut-atribut partai mulai bertebaran memenuhi tempat-tempat strategis yang mudah dilihat orang. Bendera-berndera parpol, baliho, umbul-umbul serta foto-foto calon penghuni gedung wakil rakyat terpajang di pinggir-pinggir jalan, di pasar bahkan dan di tempat-tempat lain. Pohon-pohonpun tak luput dari sasaran, hampir disetiap pohon tertempel atribut-atribut partai. Mereka berlomba mempromosikan diri untuk merebut perhatian rakyat.

Pemasangan atribut-atribut partai di sepanjang jalan dan tempat-tempat strategis tentu akan membawa dampak yang negatif. Keindahan dan kenyamanan akan hilang, tempat-tempat tersebut menjadi kotor dan seperti tak terawat karena disana-sini bertebaran atribut-atribut partai.

Selain itu, pemasangan atribut juga akan membahayakan pengguna jalan. Mereka harus ekstra hati-hati karena pandangan mereka terhalang oleh atribut partai. Belum lagi jika ada tiang bendera parpol yang jatuh ke jalan, atau baliho yang ambruk. Apakah hal semacam ini tidak terpikirkan oleh mereka?

Ironis memang, parpol dan calon-calon orang terhormat yang seharusnya berlomba membangun kota dan tempat tinggalnya menjadi nyaman, mereka malah berlomba mengotori tempat tinggalnya sendiri. Mereka seakan mengajari masyarakat untuk tidak menjaga lingkungan, mungkin mereka lupa akan fungsi utama partai yang memberikan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat.

Ibarat orang bardagang produk, agar cepat dikenal dan laku dijual harus mempromosikan keorang-orang, walaupun dalam promosi terkadang sering dilebih-lebihkan, bahkan ada yang berbohong. Yang penting barang dagangannya laku. Demikian halnya dengan parpol peserta pemilu dan orang-orang yang akan menjabat sebagai wakil rakyat. Mereka berlomba mempromosikan diri mereka di pinggir-pinggir jalan, di pohon-pohon dan tempat lainya dengan tujuan “dibeli’’ masyarakat. Artinya mereka laku dijual. Apakah tidak ada cara promosi yang lebih efisien daripada mengotori lingkungan?

Atau apakah kualitas calon-calon wakil rakyat hanya seharga iklan-iklan di pinggir-pinggir jalan?

Semuanya tergantung kepada masyarakat. Merekalah yang berhak memilih wakil-wakil mereka. Semoga mereka tidak salah memilih wakilnya. Dan semoga masih ada calon dewan yang terhormat yang mau memperhatikan lingkungannya.

Leave a comment